Skip to main content

When You're Not Here, I Feel Free

Siang tadi rumah nyaris kosong untuk beberapa jam, karena Gaza dan Bilal pergi ke tempat kursus robotik. Tinggallah Bunda dan Nailah berdua di rumah.

Hey anak-anak Bunda yang shalih, taukah kalian bagaimana rasanya tinggal di rumah yang sepi tanpa teriakan atau lompatan-lompatan kalian? I feel free! Hahaha jujur banget... Iya, kalau ibu lain katanya ada sesuatu yang hilang saat tidak bersama anak-anaknya, Bunda siang tadi nggak merasakan hal itu. Hah, Bunda jahat? Tunggu dulu, sampai kalian baca kisah ini hingga akhir.

Well, tanpa ada dua bujang di rumah ini, Bunda bisa menidurkan Nailah dan dan meninggalkannya ke dapur tanpa was-was ada yang memencet hidungnya layaknya bel. Atau mengajaknya suit, atau mengajarinya menyanyi dengan volume seperti sedang konser.

Trus di dapur Bunda ngapain?
Menjahit.

Hahaha ya gak lah, sejak kapan juga Bunda bisa menjahit? Masang kancing yang copot aja miring.

Bunda masak, anak-anak. Menunya Steak Tahu hasil nyontek dan modifikasi dari cookpad. Ini karena di kulkas hanya ada bahan seadanya, gak sempat belanja tadi pagi. Dan Bunda nggak pengen menyajikan tahu goreng dan telor dadar aja. Sesekali yg spesial lah (meski mungkin buat orang lain mah ini menu sambil merem, biarkan).

Lalu sambil tangan ini sibuk mengolah tahu, telur, daging, keju dan bumbu lainnya, mesin cuci muter membersihkan baju-baju kalian yang menjadi saksi bisu keaktifan kalian di dalam maupun luar rumah. Sempat Bunda lihat ada bekas tanah di baju Gaza, ada guratan pensil warna di baju Bilal. Plus, pedang-pedangan plastik di dalam saku baju Bilal. Duuh..

Tapi Bunda tenang mengerjakan semuanya, karena gak perlu sambil bolak-balik lihat Nailah, menggendongnya karena dia nangis akibat ulah kakak-kakaknya yang teramat sayang padanya. Atau Bunda juga gak perlu lihat acara tivi apa yang sedang tayang, layak tonton atau tidak, memindahkan channel saat ada iklan yang tak layak tonton, menjelaskan ini itu dll.

See?
Sampai di sini kalian mengerti dengan ucapan "I feel free" yang Bunda sampaikan di awal tadi?

Hehehe, jadi fix ya bukannya Bunda gak sayang sampai segitu bahagianya saat kalian gak ada di rumah. Sesekali, bunda juga ingin lah bisa beraktifitas tanpa ada intervensi dari awal sampai akhir. Toh hasilnya kan buat kalian juga. Makanan yang spesial, baju yang bersih, dan yang terpenting adalah Bunda yang waras.

What?
Jadi Bunda gak waras selama ini??

Euh gak gitu juga kali, anak-anak...

Dengerin Bunda ya, ngurus kalian yang memiliki tingkat keaktifan dan frekuensi bertanya yang cukup sering itu, tak jarang bikin kepala Bunda berasap. Dua puluh empat jam, lho! Pahamilah bahwa tenaga dan kemampuan berpikir otak Bunda itu terbatas. Jika digunakan tanpa henti, bisa apa? Bisa korslet.. suer!

Gimana tuh otak dan badan yg korslet? Hmm gimana ya jelasinnya?? Aah gini deh, kalo Bunda udah mulai ngomel merepet kaya mercon, jejeritan cuma karena hal sepele, atau bahkan diam seribu bahasa sambil komat-kamit dzikir, naah itu artinya Bunda sudah korslet dan butuh waktu menyendiri sementara. Iya sebentar aja. Kalo bisa kasih deh Bunda tidur sejam. Biasanya sembuh. That simple (meski ini aja susah kalo weekdays gak ada ayah).

Kalian harus ingat ini. Suatu saat kalian menikah, pemahaman akan hal ini akan sangat berguna. Jadilah suami yang tidak hanya siaga saat isteri mau melahirkan, tapi juga siaga terhadap kondisi psikisnya setiap saat. Bantu dia mengatasi stres akibat segala keruwetan di rumah. Jangan lernah berpikir kalau kalian sebagai laki-laki hanya bertugas mencari nafkah lalu selesai. Ingat? Okesip!

Laluu, dua jam terlewati..

Hingga suara kalian memecah keheningan.

Assalamu'alaikum, Bundaaaa!

Aaw, Abang mah, Bilal kejepit tauu!

Ih bukan Abang, Bilal aja ngalangin.

Tapi kan Abang yang buka pintu kekencangan

Siapa suruh Bilal kakinya di situ?

Iih Abang mah.. Bunda, Abang nihh!

Bla bla bla.. bli bli bli.. blu blu blu

Kejadian begitu cepat, dimana Bunda harus kembali membagi konsentrasi, mendamaikan, dan kembali ke Nailah yang menangis karena kaget dengan keriuhan yang datang mendadak di tengah nyenyak tidur siangnya.

Sendiri di menit-menit pertama, saat ayah kalian masih sibuk memarkir mobil dan membereskan bawaan.

Tapi it's okay, energi dan otak Bunda sudah diisi ulang selama kalian pergi. Bunda sudah punya cadangan kesabaran lagi. Sudah punya kekebalan yang cukup untuk mendengarkan segala pertengkaran dan atau permainan yang menggunakan volume suara kencang dan dentuman mainan yang dianggap drum atau gong. Juga cecaran pertanyaan atau pengaduan satu sama lain.

Begitulah kisah hari ini, kondisi Bunda saat tak bersama kalian di rumah.

Feel free?
Absolutely yes, hahaha!

Don't judge me before you know the reason ;)

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu