Skip to main content

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini

Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif.


Source pic dari sini


Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula.

Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih.

Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya.

Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi?

NO!
Ternyata bukan itu jawabannya.

Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imun turun, lalu virus atau bakteri dengan mudah menyerang anggota tubuh yang paling lemah atau sensitif.

Tapi ternyata ada lho penyebab lain yang cukup signifikan, namun mungkin nggak kita sadari, yaitu Perubahan Iklim!

Source pic dari sini


Seperti dilansir dari website dinkes.jogjaprov.go.id, dampak perubahan iklim bisa menyebabkan:

1. Mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung
Cuaca ekstrim dapat mengancam kesehatan manusia, bahkan kematian. Misalnya heat stress akibat panas, meningkatnya insiden kanker, stroke dan lain-lain.

2. Mempengaruhi kesehatan manusia secara tidak langsung
Ketersediaan air menurun, gagal panen, kekurangan gizi masyarakat, resitensi penyakit yang ditularkan oleh vektor meningkat, meningkatnya penyakit ISPA akibat pencemaran udara.


Kita mungkin bisa mencegah penyakit dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan suplemen tambahan untuk menjaga imun, atau mengobati sakit yang terlanjur menjangkiti dengan memeriksakan diri ke dokter, lalu taat pada pengobatan yang diresepkan.

Tapi, pernah nggak kepikiran, bahwa itu hanyalah upaya tambahan. Semisal seorang petani yang terancam gagal panen, lalu gencar menambah pupuk dan lebih sering mengairi tanamannya. Padahal jika mau menelaah lebih jauh, penyebabnya adalah hama tikus.

Solusi menambah pupuk tentu saja baik. Tapi selama nggak ada upaya memberantas hama tikusnya, lambat-laun semua akan percuma saja.

Sama dengan penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat perubahan cuaca ekstrim. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin olahraga, tidur cukup dan lainnya mungkin baik, sangat baik malah. Tapi jika kita tak berupaya memutus penyebabnya, segala upaya di atas lama-kelamaan akan jadi sia-sia.

Yang harus kita lakukan adalah:
1. Kenali Perubahan Iklim
2. Kendalikan dengan gerakan #UntukmuBumiku

Perubahan Iklim
Merupakan fenomena pemanasan global, dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer dan berlangsung untuk jangka waktu tertentu.

Faktor penyebab perubahan iklim, diantaranya:
• Efek gas rumah kaca
• Pemanasan Global
• Kerusakan lapisan ozon
• Kerusakan fungsi hutan
• Penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol
• Gas buang industri

(Source: indonesiabaik.id)

Perhatikan, nyaris seluruh penyebab perubahan iklim disebabkan oleh manusia. Iya, kita!

Kerusakan fungsi hutan, misalnya. Itu karena manusia terlalu rakus dalam mengeksploitasi hutan. Masih ingat kan bajir besar yang melanda Kalimantan Selatan di awal 2022? Penyebab utamanya ternyata bukan curah hujan yang tinggi, tapi adanya deforestasi hutan untuk lahan sawit dan pertambangan.

Arie Rompas, Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, mengatakan bencana banjir di Kalsel terkait erat dengan eksploitasi besar-besaran industri sawit dan tambang. Padahal Kalimantan, imbuhnya, memiliki cadangan batu bara yang melimpah dan menjadi tumpuan ekspor serta pasokan energi ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Hal senada disampaikan oleh Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah. Dia mengatakan, wilayah-wilayah yang terdampak banjir berada di area-area sekitar pertambangan.
(Source: cnbcindonesia.com)

Trus, gimana dong? Apakah ada langkah kongkrit yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam menyikapi perubahan iklim? Ada banget!

Dilansir dari indonesia.un.org setidaknya ada 10 poin penting yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam membatasi perubahan iklim, yaitu:
1. Hemat energi di rumah
2. Jalan kaki, bersepeda atau naik transportasi umum
3. Perbanyak makan sayur
4. Pertimbangkan perjalanan
5. Buang lebih sedikit makanan
6. Kurangi, perbaiki, daur ulang
7. Ubah sumber energi rumah
8. Beralih ke kendaraan listrik
9. Pilih produk ramah lingkungan
10. Ajak orang lain untuk mendukung gerakan Cinta Bumi.

Sampah makanan yang seharusnya bisa dicegah, source pic dari sini 

Hal-hal di atas kini populer disebut dengan gerakan #UpForImpact . Ini adalah sebuah ajakan untuk mslakukan hal-hal sederhana untuk bumi. Kapan saja, di mana saja, sejauh yang kita mampu. 

Jika beralih ke kendaraan listrik dirasa berat, masih banyak poin lain yang cukup ringan untuk dilakukan misalnya dengan mempertimbangkan transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi, memasak dan makan secukupnya sehingga tak ada makanan terbuang percuma atau mengganti lampu di rumah dengan LED.

Saya pribadi, melakukan beberapa hal kecil dalam upaya menyelamatkan bumi secara konsisten beberapa tahun terakhir. Ini hal sederhana yang 'emak-emak banget', seperti:

1. Membiasakan anak-anak dan suami bawa bekal dengan kotak bekal dan tumbler, jadi mereka gak perlu berulang kali beli air mineral kemasan dan makan pakai styrofoam.

2. Memakai mens pad yang bbia dicuci setiap menstruasi, sehingga bisa meminimalisir sampah pembalut sekali pakai

3. Menampung air bekas mencuci sayur/buah/beras untuk menyiram tanaman atau air wudhu untuk flush kloset dan menyikat kamar mandi.

4. Mengganti seluruh lampu di rumah demgan LED yang hemat energi

5. Selalu membawa tas belanja setiap ke supermarket/minimarket

6. Tidak gengsi membeli barang preloved dan sebaliknya, menjual atau mendonasikan barang preloved

7. Mengutamakan membeli produk lokal, yang membutuhkan lebih sedikit energi untuk sampai di rumah kita

8. Jalan kaki untuk mencapai tempat-tempat yang dekat dengan rumah, misalnya minimarket.


Yes, I'am a part of #TeamUpForImpact !

Percayalah, sekecil apapun sumbangsih kita dalam menyelamatkan lingkungan, sungguh akan berdampak besar untuk menyelamatkan bumi. Apalagi jika gerakan #UntukmuBumiku  ini dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat.

Bayangkan aliran air sungai yang kembali jernih, jumlah pepohonan yang cukup memberikan udara segar untuk pernafasan, serangga yang senantiasa membantu proses penyerbukan dan mempercantik alam.

Duh, indah banget kan ya?

Makanya, yuk mulai dari diri kita, dan mulailah sekarang juga. Menyelamatkan bumi, demi keberlangsungan hidup seluruh umat manusia.


Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu