Skip to main content

Takjil Termanis Hari Ini

Takjil Termanis Hari Ini

Kami berbuka puasa bersama barusan, saya dan si sulung. Alhamdulillah ...

Sambil mengunyah takjil, dia bercerita tentang hari ini.

Tentang tasnya yang berat karena hari Senin harus bawa laptop untuk pelajaran TIK.

Tentang sepatu bertalinya yang bikin lama kalau lepas shalat, gak bisa sat set sat set.

Tentang dia yang menyelesaikan tugas TIK nya paling duluan.

Tentang satu mata pelajaran yang salah jadwal.

Tentang sebungkus kacang sukro dari satpam sekolah, yang melihatnya sudah lelah di sore hari.

"Kamu gak bilang lagi puasa?"

"Enggak lah, nanti gak jadi dikasih kacang. Jadi Gaza bilang makasih aja."

Dan tentang driver ojol yang ramah, mengajaknya ngobrol sepanjang perjalanan pulang.

"Dia bilang, 'kamu pasti pinter ya, De? Soalnya bisa sekolah di sini. Masuknya aja susah.' Gaza mo bilang, ah enggak Pak, biasa aja, tapi seneng dibilang pinter. Ya udah Gaza diem aja. Bapaknya cerita dia juga anaknya sama kaya Gaza baru masuk SMP. Tiap pagi sebelum ngojek, dia anterin dulu anaknya ke sekolah. Banyak deh dia cerita, nanya-nanya. Gaza seneng, biasanya kan driver ojol tuh diem atau cuma nanya kelas berapa? Pas turun, tadi Gaza inget punya kacang sukro, ya udah kasiin aja ke bapaknya. Dia nanya, kenapa dikasih? Gaza bilang lagi puasa, buat Bapak aja ngemil. Dia makasih nya tuh kaya dikasih apa gitu, Bun. Keliatannya seneng banget."

Panjang lebar anak itu bercerita. Menemani saya yang sibuk mengunyah bacang dan minum teh.

Dan saya, sibuk merapal syukur, memiliki anak yang senang berbagi.

Masya Allah tabarakallah ...

Manisnya berbuka bersama yang tercinta 🥰🥰

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu