Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ...
Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya.
Sudah Aqil?
Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh.
Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya.
Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana.
Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung.
Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid.
"Ngapain lu? Belum azan," tanya temannya.
"Ikut aja."
Iya bener, dia ajak temennya minum air keran.
"Mentah, Gaz. Sakit perut nanti."
"Dah bismillah aja, daripada pingsan saking haus."
Temannya pasrah, nurut. Dan alhamdulillah beberapa hari setelahnya, kami gak denger kabar anak itu sakit perut atau semacamnya. Sehat wal afiat.
Asli, jika saya ada di situasi tersebut, kayanya solusi itu gak nyampe ke otak saya. Minta minum ke warung, malu. Minum air keran masjid, gak terpikir. Mungkin saya akan nitip sepeda di satu tempat aman, trus carter angkot pulang. Ongkos dibayar di rumah. Hahaha! Sungguh nggak solutif.
Perjalanan kita masih panjang, Bang. Bersiap!
Jadilah project percontohan yang akan jadi teladan untuk adik-adik. Mungkin tak sempurna, paling tidak bisa jadi salah satu pijakan.
Pritha Khalida
Grateful Mom 🌷
Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya.
Sudah Aqil?
Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh.
Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya.
Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana.
Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung.
Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid.
"Ngapain lu? Belum azan," tanya temannya.
"Ikut aja."
Iya bener, dia ajak temennya minum air keran.
"Mentah, Gaz. Sakit perut nanti."
"Dah bismillah aja, daripada pingsan saking haus."
Temannya pasrah, nurut. Dan alhamdulillah beberapa hari setelahnya, kami gak denger kabar anak itu sakit perut atau semacamnya. Sehat wal afiat.
Asli, jika saya ada di situasi tersebut, kayanya solusi itu gak nyampe ke otak saya. Minta minum ke warung, malu. Minum air keran masjid, gak terpikir. Mungkin saya akan nitip sepeda di satu tempat aman, trus carter angkot pulang. Ongkos dibayar di rumah. Hahaha! Sungguh nggak solutif.
Perjalanan kita masih panjang, Bang. Bersiap!
Jadilah project percontohan yang akan jadi teladan untuk adik-adik. Mungkin tak sempurna, paling tidak bisa jadi salah satu pijakan.
Pritha Khalida
Grateful Mom 🌷
Comments
Post a Comment