Skip to main content

Sarung di Zaman Rasulullah



"Bunda, di jaman Rasul ada sarung enggak?"

"Enggak tau kalau sarung, tapi kalau kain untuk shalat, ada."

"Mukena?"

"Bukan. Ingat gak kisah Tsa'labah yang miskin? Yang kalau abis sholat di masjid selalu buru-buru pulang? Sama Rasulullah trus ditegur, kenapa kaya orang muna fik aja, selesai shalat langsung pulang? Dzikir dulu kek, doa kek."

"Trus apa katanya?"

"Ternyata Tsa'labah buru-buru karena saking miskinnya. Dia cuma punya satu kain untuk shalat, yang pemakaiannya gantian sama isterinya. Jadi setelah dia selesai sholat di masjid, kainnya dipakai sholat sama isterinya."

"Miskin banget ya?"

"Iya, trus dia minta didoain supaya punya harta ke Rasulullah. Rasulullah awalnya keberatan, tapi didoain juga. Nah doanya dikabulkan Allah. Enggak lama Tsa'labah jadi orang kaya, dia jadi peternak yang sukses. Tapi hartanya bikin dia terlena, gak pernah lagi datang sholat jamaah ke masjid. Trus pas dimintain zakat, dia cuek aja. Sampai akhirnya Nabi bilang, 'Celakalah Tsa'labah ... Celakalah Tsa'labah."

Anak itu ngangguk-ngangguk.

Btw setelah ngobrol, saya browsing. Ternyata di masa Rasulullah, sarung itu ada.

Dari Ibn ‘Abbas RA, Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa yang tidak memiliki izar (sarung) maka hendaklah ia mengenakan celana panjang, dan barangsiapa yang tidak memiliki sepasang sandal, maka hendaklah ia mengenakan sepasang khuf.”

Salam hangat,
Pritha Khalida  🌷

Source pic
https://bit.ly/3STh6yP

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu