"Bunda, uangnya udah cukup belum untuk kita umroh sekeluarga." Si nomor dua bertanya pada saya beberapa waktu lalu.
Saya menggeleng pelan. Nyaris cukup untuk membawa salah satu, tapi saya dilema, siapa yang harus diajak?
Keduanya ingin. Sangat ingin.
Lalu saya bicara dengan mereka satu persatu.
Si nomor dua menangis, memohon agar ia yang diajak.
"Please Bunda, Bilal udah berdoa setiap hari, murojaah, tilawah, dzikir diperlama ..." Beragam amalan ia data.
Iya bener, anak itu selalu bersungguh-sungguh saat memohon Allah izinkan umroh. Bahkan tak jarang sampai menitikkan airmata. Kuat keinginannya untuk mengunjungi Baitullah.
Di waktu berbeda, saya berbicara dengan abangnya.
Ia diam agak lama sebelum menjawab. Tarik napas panjang, "Bun, kalau ada uang lebih, bawa aja Bilal. Dia tuh pengen banget kesana."
"Kamu nggak pengen?"
"Ya pengen lah, siapa yang nggak mau liat Kabah? Tapi inget-inget deh, Bilal tuh sampe sedekah ke pemulung aja, minta doa supaya Allah undang umroh. Biarlah Gaza di sini jaga Ade. Doain dari sana, biar Gaza juga bisa kesana. Mudah-mudahan bisa bayarin Bunda, kesana lagi."
Masya Allah Tabarakallah...
Saya istikharah.
Sampai akhirnya hal tak terduga datang, sebuah ujian kesehatan untuk salah satu dari kami, yang butuh waktu tak sebentar dan dana tak sedikit untuk pulih.
Rencana kami berubah arah. Dana yang ada, otomatis dialihkan kesana. Kami sekeluarga berpelukan, menangis, saling dukung menguatkan.
Yakin, ada maksud Allah di balik semua ini. Pastinya yang terbaik. Kami hanya perlu percaya bahwa ini takdir terbaik, lalu berjuang sekuat tenaga menghadapinya.
Kami, terutama saya, mencoba tertawa di tengah perih. Menari dalam pilu. Berdzikir dalam setiap hela nafas.
Hingga akhirnya ...
"Kurang berapa untuk umroh?" Seseorang bertanya.
"Banyak."
"Bawalah si sulung, paling pas untuknya saat ini."
"Masih ada yang lebih urgent untuk beberapa waktu kedepan."
"Daftarkan saja dengan dana yang ada, sisanya Allah yang lunasi."
"Adanya cuma segini. Gak mau ngutang."
"Oke, saya yang urus, lunasss! Salam untuk Abang shalih."
Masya Allah. Saya diam. Betapa kejutan Allah sungguh-sungguh tak terduga.
Saya sempat bingung bagaimana menyampaikan pada adiknya. Tapi lagi-lagi Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam membolak-balik hati hamba.
"Pergi aja ajak Abang. Bilal minta dibelikan mainan X aja buat nanti di rumah, boleh?"
Saya mengangguk. Mainan yang insya Allah terjangkau oleh kami.
Dan malam ini, dalam perjalanan pulang dari Bandung, hati saya masih bergemuruh penuh syukur.
Bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan.
Alhamdulillah, terimakasih ya Rabb.
Salam hangat,
Pritha Khalida 🕋
Masih ada bbrp seat utk Umroh Edutrip 5-14 Januari 2023 nanti insya Allah, sila japri yg mau ikut 😊
Comments
Post a Comment