Skip to main content

Hati-hati Penipuan Seller Nakal Marketplace


Hati-hati Penipuan Seller Nakal Marketplace

Bismillah ...

Teman-teman, hati2 bertransaksi di marketplace.

Pekan lalu saya beli baju. Sebelum dikirim, seller minta no HP, utk bukti katanya. Saya nggak tau bukti apa. Tapi setelah tau info bahwa kini seller di marketplace nggak dapat no HP kita, saya pikir mungkin sekadar utk database. Maka saya berikan no HP via chat.

Keesokan harinya, sore pas saya lagi keluar, ada kurir mengantar paket mukena dg sistem COD atas nama saya. Suami langsung menelepon, mengkonfirmasi paket tersebut.

Karena nggak merasa pesan, apalagi COD, bukan kebiasaan saya banget, saya segera pulang.

Setibanya di rumah saya cek pengirim, ternyata sama dengan nama toko penjual baju yang saya pesan di marketplace. Spontan saya foto paket, mengkonfirmasi kiriman tersebut.

Saat itu seller online, tapi chat saya tidak dibalas. Saya masih mikir, mungkin sibuk dengan pesanan. Yaudah saya kembalikan saja paket tersebut. Kurir meminta untuk balas wa beliau, sampaikan bahwa saya mengembalikan karena tidak merasa pesan.

"Saya aja heran, sering anter paket ke Bu Pritha, baru kali ini COD." Sampai kurirnya bilang begitu. Saking saya memang gak pernah pakai sistem ini.

Malamnya, besoknya sampai berhari-hari kemudian, chat saya tidak pernah dibalas. Dan sudah bisa ditebak, baju yang saya pesan pun tidak dikirim oleh seller sampai melewati batas waktu dan uang pun kembali ke saya dalam bentuk saldo.

Saya nggak lagi bilang bahwa memberikan no HP ke seller marketplace itu gak boleh. Tidak sama sekali. Ada beberapa seller amanah yang minta no HP setelah barang dikirim, sekadar utk database pelanggan. Dengan senang hati saya kasih.

Seller yg saya maksud pun tidak akan saya spill nama toko maupun link-nya. Cukup jadi pengalaman dan pembelajaran saja.

Kenapa saya cerita?
Karena bisa jadi saat barang COD dikirim, kita nggak di rumah dan orang rumah langsung membayar barang tersebut karena mengira kita lupa nggak bilang kalau punya pesanan COD. Atau justru kita sendiri yang nggak enakan sama kurir.

Ya mending kalau barangnya kepake. Kalau enggak? Apalagi kalau kualitasnya nggak bagus, kan jadi mubazir.

Intinya sih, hampir bisa dipastikan ini itikad tidak baik dari oknum seller marketplace, karena nggak ada konfirmasi sama sekali.

Semoga dia dapet hidayah. Dan teman-teman terhindar dari hal seperti ini ya.

Salam hangat di Senin pagi,
Pritha Khalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu