Skip to main content

Daun Jatuh Atas Izin Allah


Pagi tadi ngisengin suami. Pas dia mandi, saya siap-siap pake baju rapi.

"Lho, mau kemana?" Sekeluarnya dari kamar mandi  dia heran liat isterinya udah pake baju rapi. Padahal jadwalnya mau masak.

"Ikut ke kantor."

"Weeh mo ngapain?"

"Kata Ustadz kemarin, isteri yang baik itu selalu nempel sama suaminya. Ikut aja kemana suaminya pergi, sedih kalau berjauhan."

"Tapi ini kantor, Bun."

"Emang gak ada isterinya temen kamu yang suka ikut ke kantor?"

"Gak ada, kecuali sekantor. Itupun jarang, biasanya beda divisi. Dan itu bisa beda gedung."

"Aku gak papa kok, kamu kerja nunggu di cafe atau mall."

"Mall mana?"

"Plaza Semanggi, kan deket. Jalan juga bisa."

"Hadeeh!"

"Yaudah atuh, tolong buangin sampah dulu."

"Hyaelah ..." Dia ngelepas lagi backpack-nya, jalan ke pintu samping, muter lewat pagar depan, ke arah samping untuk buang sampah.

Iya muter, karena pagar besar di samping digembok. Lain sama anak-anak yang kalo disuruh buang sampah, manjat pagar samping, plung langsung.

"Dah ga ada minta tolong lagi? Aku mo pake sepatu nih."

Saya menggeleng.

Pas udah rapi, "Eh mo kemana?"

"Udah kubilang ikut ke kan ..."

"Jangan becanda, Bun."

"Nebeng ke fotokopi!"

BRUUGH!

Bunyi berdebum itu kami dengar dari depan rumah. Rupanya pohon tumbang. Gak sepohon-pohon sih, sebagian dahannya.

Tempat tumbangnya itu persis depan pagar kecil, dimana kami biasa keluar-masuk. Dan di waktu itu, andai suami keluar beberapa detik lebih cepat, boleh jadi akan tertimpa.

Masya Allah alhamdulillah...

Allah selamatkan suami. Eh sama saya juga sih, kan niatnya mau numpang motornya sampai fotokopian.

Allah Maha baik. Kami dibikin sibuk dulu dengan ngobrol lama, suami buang sampah dulu. Tentu bukan tanpa alasan kalau si nomor dua tadi gak sempat buang sampah karena takut kesiangan, jadi suami yang buang.

Ah entah doa siapa yang menyelamatkan kami pagi ini, mungkin orangtua atau anak-anak atau siapapun yang pernah kami permudah urusannya.

❤️❤️❤️
Tidak ada yang berkuasa selain Allah yang menguasai semua yang ada di alam semesta ini, bahkan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan atas kehendak-Nya (QS. Al-An'am: 59)

Salam hangat,
Pritha Khalida šŸŒ·

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu