Skip to main content

Kelak Hari Ini akan Kita Kenang


"Kalau Aa nggak sekolah, Ade juga gak mau sekolah." Tegas anak gadis memutuskan. Padahal kakaknya libur, ada rapat guru.

Habis sarapan dia leyeh-leyeh, gak peduli jam 8, beda dari biasanya yang sigap banget.

"Ok tapi Bunda gak bisa main sepanjang hari ya, banyak pekerjaan."

"Apa aja?"

"Masak, nyuci, jemur, lipat dan lain-lain."

"Ade mau belajaar!"

Eh? Wah ide baguss ...

Jadilah dia mengisi 'liburannya' dengan masuk-masukin perabot kotor bekas sarapan ke sink. Naro beberapa perabot kecil yang udah kering ke rak.

Selanjutnya motong wortel, bakso dan cheese dumpling buat sop. Nanti tahu belakangan.

Habis itu dia masuk-masukin baju ke mesin cuci, nyiram-nyiram baju yang mesti saya kucek/sikat terlebih dahulu sebelum ikut nyemplung ke mesin cuci, gantung-gantung baju dan menjemur.

Kami sempat main rumah-rumahan bertema 'Raksasa dan Ibu Beranak Dua' sebelum lanjut cuci beras dan masak nasi.

Saya pikir dia bakal capek. Tapi ternyata enggak.

"Hayo sekarang kita ngaji!" Semangatnya begitu membara.

Okesiaap!

Sampai akhirnya, jam segini saya yang kecapean dan memilih rebahan. Dia lanjut main sama kakaknya.

Lucu liat ini. Inget dulu saya juga gini. Ikut 'bantu-bantu' ceritanya, tapi pada kenyataannya malah nambah kerjaan karena bikin berantakan. Tapi perasaan udah jadi anak baik paling berjasa sedunia. Setiap ada yang datang, akan cerita bahwa saya hari itu sibuk sekali membantu orangtua, hahaha!

Nanti sekian tahun lagi, mungkin anak ini akan nyengir sendiri mengingat kenangan macam ini. Saat dia liat anaknya atau keponakannya begini, ingatannya akan terlempar ke masa lalu, persis seperti saya sekarang.

Ah, semoga Allah kasih kami umur panjang, kesehatan dan ketaatan untuk bisa menikmati semuanya.

Sungguh, main sama anak itu asyik, masya Allah! Cape dan jadi bikin kerut di muka? Biar aja, kelak setiap lipatan kerut atau uban dan seluruh anggota tubuh akan bersaksi di hadapan-Nya pada yaumul hisab.

Salam hangat,
Pritha Khalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu