Sempat heran, kalo suami bepergian, anak-anak gak ada yang pengen ikut. Paling bilang mo ikut, tapi bisa dikasih pengertian dan akhirnya ikhlas milih di rumah sama ibunya.
Tapi kalo saya mau pergi ... mau me time nih ceritanyaa
"Ade ikut Bundaa!"
"Aa jugaa!"
Dibujuk ...
Dijanjiin diganti sama pergi kemana bareng ayahnya ...
Dihibur ...
Berhasil?
Rontok satu, tinggal si nomor dua yang tetap meluk dan mau ikut.
"Hmm, mandi sana. Langsung sarapan!"
"Oghey!"
And here we are, tuut tuut tuut 🚊
Gak jadi me time, Bestie.
Adakalanya iri sama temen-temen yang bisa bepergian keluar kota bahkan keluar negeri tanpa anak-anak plus tanpa drama. Lah kenapa saya ke minimarket aja ditangisin?
Tapi lantas tersadar bahwa peran setiap orang itu beda, udah digariskan sm Allah. Anak-anak yang tangguh ditinggal, boleh jadi memiliki orangtua yang dibutuhkan perannya di masyarakat. Atau yg memiliki pengalaman tak menyenangkan dengan selalu dalam rumah, sehingga rumah bisa memicu emosinya, atau terpaksa atau alasan lainnya.
Saya kan nggak.
Sabar, Prith... Akan ada waktunya mereka udah gak ada lagi yang mau ikut dan justru di waktu itulah kita yang maksa mereka untuk ikut karena kangen.
That's why, sabar itu mestinya tak berbatas.
"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS. Al Baqarah: 45)
Salam hangat,
Pritha Khalida 🌷
Comments
Post a Comment