Skip to main content

Untuk yang Sedang Tak Baik-baik Saja (Jelang Hari Raya)



Seorang sahabat DM, cerita bahwa dengan kondisinya yang dirasa sedang 'di bawah' saat ini, dia nggak mau ketemu siapa-siapa.

Saya simpel aja bilang, "Jangan."

Maksudnya, jangan kemana-mana. Diem aja di rumah. Kecuali punya kekuatan, bismillah laa hawlaa walaa quwwata ilaa billah, apapun yang bakal diomongin atau ditanyain orang, li bas aja.

Toh yang ngomong, andai itu nggak enak, belum tentu lebih baik dari yang diomongin, ya gak?

Kalaupun memang lebih baik, ya udah ambil baiknya buang jeleknya.

Mau ada sejuta orang yang posting do's and dont's dalan obrolan hari raya, akan ada aja kok yang ngomongin tentang kesuksesannya, prestasi anak-anaknya, pasangannya yang luar biasa dan lain-lain.

Ada yang emang niat flexing. Ada yang bersyukur, karena bisa sampai di posisi itu buat dia butuh perjuangan besar banget.

Maksudnya, taro lah dia sekarang punya suami romantis-royal-bucin. Lalu dia seneng nyeritain ke seluruh dunia. Gak usah iri atau insecure dulu, Bestie. Boleh jadi dulunya pernikahan mereka nyaris kandas karena orang ketiga misalnya. Lalu sang suami hijrah dan berubah 180°. Kan pasti bahagia banget isteri yang begini. Rasanya pengen berbagi ke seluruh dunia, mengingat pernah mengalami masa kelam sekian lama.

Atau ada yang suka cerita sekarang anaknya shalih, berprestasi, multitalenta dan semacamnya. Boleh jadi itu dicapai setelah tahun-tahun suram mereka bekerja keras melewati perjuangan anak yang disleksia, gifted atau special needs lainnya. Si ibu pengen tuh berbagi ke ibu lainnya supaya jangan khawatir dengan anak yang memiliki kekurangan di satu sisi. Pasti akan ada kelebihan di sisi lain yang Allah kasih.

Atau perkara kekayaan. Kita nggak pernah tau kalau keberhasilan bisnis seseorang saat ini diawali dari kegagalan atau utang sekian banyak di masa lalunya. Who knows?

Yang saat jatuh, mereka diem-diem aja, gak membiarkan dunia tau kalau sedang terpuruk.

Yang gak melewati masa-masa sulit juga ada. Hidupnya lempeng aja. Dari awal membina rumahtangga udah kaya-raya, punya pasangan baik, anak yang gak macem-macem.

Itu berarti rezekinya di situ. Kalau dia mau pamer, ya terserah.

Intinya, kita gak akan bisa mengatur orang harus gimana. Tapi kita bisa mengatur diri ini, hati ini, harus gimana menyikapi segala yang ada di hadapan.

Kita gak harus selalu tegar kuat dan bersikap baik-baik aja. Boleh kok sedih, marah, malu, kecewa, terluka. Boleh banget.

Tapi ingat, sebentar aja. Lalu bersiaplah kembali mengayuh, menapaki sisa waktu di muka bumi. Menuju tempat yang dicita-citakan tuk kembali : Surga-Nya yang abadi.

Segala bayangan menyeramkan tentang orang-orang dengan vibes negatif itu, akan sirna dengan sendirinya kala kita mengingat, kehidupan ini masih panjang. Dunia tuh cuma awalan.

Percayalah ...

Salam hangat,
Pritha Khalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu