Seorang sahabat DM, cerita bahwa dengan kondisinya yang dirasa sedang 'di bawah' saat ini, dia nggak mau ketemu siapa-siapa.
Saya simpel aja bilang, "Jangan."
Maksudnya, jangan kemana-mana. Diem aja di rumah. Kecuali punya kekuatan, bismillah laa hawlaa walaa quwwata ilaa billah, apapun yang bakal diomongin atau ditanyain orang, li bas aja.
Toh yang ngomong, andai itu nggak enak, belum tentu lebih baik dari yang diomongin, ya gak?
Kalaupun memang lebih baik, ya udah ambil baiknya buang jeleknya.
Mau ada sejuta orang yang posting do's and dont's dalan obrolan hari raya, akan ada aja kok yang ngomongin tentang kesuksesannya, prestasi anak-anaknya, pasangannya yang luar biasa dan lain-lain.
Ada yang emang niat flexing. Ada yang bersyukur, karena bisa sampai di posisi itu buat dia butuh perjuangan besar banget.
Maksudnya, taro lah dia sekarang punya suami romantis-royal-bucin. Lalu dia seneng nyeritain ke seluruh dunia. Gak usah iri atau insecure dulu, Bestie. Boleh jadi dulunya pernikahan mereka nyaris kandas karena orang ketiga misalnya. Lalu sang suami hijrah dan berubah 180°. Kan pasti bahagia banget isteri yang begini. Rasanya pengen berbagi ke seluruh dunia, mengingat pernah mengalami masa kelam sekian lama.
Atau ada yang suka cerita sekarang anaknya shalih, berprestasi, multitalenta dan semacamnya. Boleh jadi itu dicapai setelah tahun-tahun suram mereka bekerja keras melewati perjuangan anak yang disleksia, gifted atau special needs lainnya. Si ibu pengen tuh berbagi ke ibu lainnya supaya jangan khawatir dengan anak yang memiliki kekurangan di satu sisi. Pasti akan ada kelebihan di sisi lain yang Allah kasih.
Atau perkara kekayaan. Kita nggak pernah tau kalau keberhasilan bisnis seseorang saat ini diawali dari kegagalan atau utang sekian banyak di masa lalunya. Who knows?
Yang saat jatuh, mereka diem-diem aja, gak membiarkan dunia tau kalau sedang terpuruk.
Yang gak melewati masa-masa sulit juga ada. Hidupnya lempeng aja. Dari awal membina rumahtangga udah kaya-raya, punya pasangan baik, anak yang gak macem-macem.
Itu berarti rezekinya di situ. Kalau dia mau pamer, ya terserah.
Intinya, kita gak akan bisa mengatur orang harus gimana. Tapi kita bisa mengatur diri ini, hati ini, harus gimana menyikapi segala yang ada di hadapan.
Kita gak harus selalu tegar kuat dan bersikap baik-baik aja. Boleh kok sedih, marah, malu, kecewa, terluka. Boleh banget.
Tapi ingat, sebentar aja. Lalu bersiaplah kembali mengayuh, menapaki sisa waktu di muka bumi. Menuju tempat yang dicita-citakan tuk kembali : Surga-Nya yang abadi.
Segala bayangan menyeramkan tentang orang-orang dengan vibes negatif itu, akan sirna dengan sendirinya kala kita mengingat, kehidupan ini masih panjang. Dunia tuh cuma awalan.
Percayalah ...
Salam hangat,
Pritha Khalida 🌷
Comments
Post a Comment