Apakah saya selalu berhasil dalam mendidik khususnya memotivasi anak? Enggak lah, nggak sedikit gagal. Tapi saya selalu yakin, kalau kegagalan itu ... ya gagal aja. Eh, maksudnya keberhasilan yang tertunda.
Salah satunya kemarin, saat si nomor dua pulang main bola dalam keadaan nangis. Katanya dia dikatain bo doh lah, be go lah dll. Karena pas jadi kiper kebobolan 2x.
Saya peluk dia. Saya bilang, "Bil, setiap pemain bola hebat, pasti juga pernah gagal dulunya. Eh gak cuma dulunya deng, ingat gak waktu Ronaldo kalah di pildun? Dia nangis, sedih, orang-orang pada ngatain. Masa pemain nomor satu dunia kalah?"
"Iya sih tapi sakit banget dikatain kasar itu."
"Iya paham, pasti gak enak. Tapi kuat, kamu harus berjuang. Mereka mungkin punya harapan yang besar sama kamu, makanya pas kalah langsung gitu. Beda sama kalau mereka nganggap kamu anak bawang. Pas kalah ya udah, gak ngarep menang juga. Kaya pohon lah, Bil. Katanya semakin tinggi, akan semakin banyak yang ngelemparin."
"Kenapa?"
"Karena mau buahnya. Kamu tau pohon cabe kan?"
"Tau."
"Tau pohon mangga?"
"Tau."
"Kira-kira, kalau orang mau buahnya, yang dilemparin pohon cabe apa mangga?"
"Nggak ada."
"Kok gitu?"
"Ya tinggal panjat, ngapain dilemparin? Atau pake galah, atau tangga."
"Eh ya nggak gitu maksudnya. Kalau nggak ada galah, nggak ada tangga, gak berani manjat? Kan cara termudah, dilempari. Beda sama cabe, petik aja langsung."
"Ya beli aja kalo gitu sih."
"Ah yaudah lah terserah kamu."
Anak itu pun berlalu, pergi main bola lagi. Entah masih sedih atau gak. Entah nasehat tadi masuk atau gak.
Meninggalkan saya yang mikir, ntar kalau memotivasi anak ini, perlu pakai perbandingan lagi gak ya?
Salah satunya kemarin, saat si nomor dua pulang main bola dalam keadaan nangis. Katanya dia dikatain bo doh lah, be go lah dll. Karena pas jadi kiper kebobolan 2x.
Saya peluk dia. Saya bilang, "Bil, setiap pemain bola hebat, pasti juga pernah gagal dulunya. Eh gak cuma dulunya deng, ingat gak waktu Ronaldo kalah di pildun? Dia nangis, sedih, orang-orang pada ngatain. Masa pemain nomor satu dunia kalah?"
"Iya sih tapi sakit banget dikatain kasar itu."
"Iya paham, pasti gak enak. Tapi kuat, kamu harus berjuang. Mereka mungkin punya harapan yang besar sama kamu, makanya pas kalah langsung gitu. Beda sama kalau mereka nganggap kamu anak bawang. Pas kalah ya udah, gak ngarep menang juga. Kaya pohon lah, Bil. Katanya semakin tinggi, akan semakin banyak yang ngelemparin."
"Kenapa?"
"Karena mau buahnya. Kamu tau pohon cabe kan?"
"Tau."
"Tau pohon mangga?"
"Tau."
"Kira-kira, kalau orang mau buahnya, yang dilemparin pohon cabe apa mangga?"
"Nggak ada."
"Kok gitu?"
"Ya tinggal panjat, ngapain dilemparin? Atau pake galah, atau tangga."
"Eh ya nggak gitu maksudnya. Kalau nggak ada galah, nggak ada tangga, gak berani manjat? Kan cara termudah, dilempari. Beda sama cabe, petik aja langsung."
"Ya beli aja kalo gitu sih."
"Ah yaudah lah terserah kamu."
Anak itu pun berlalu, pergi main bola lagi. Entah masih sedih atau gak. Entah nasehat tadi masuk atau gak.
Meninggalkan saya yang mikir, ntar kalau memotivasi anak ini, perlu pakai perbandingan lagi gak ya?
Comments
Post a Comment