Skip to main content

Bye, Syukran

 


Lagi-lagi 🇵🇸 memberikan kita pelajaran penting dalam interaksi antar manusia. Dunia seolah dibuat tertegun nyaris tak berkedip saat menyaksikan pembebasan Neng Maya oleh Mas Ha.

"Bye, Maya."

"Bye, syukran." (Dah, makasih)

Udah dua kalimat aja, tapi banyak yang baper, Masya Allah.

Saya lantas terpikir, kalau antar dua orang yang baru kenal aja kalimat itu bisa bikin baper, maka gimana jika diterapkan pada anak-anak?

Misalnya tiap pagi saat anak mau berangkat sekolah, setelah sarapan dan memastikan semua bawaannya nggak ada yang tertinggal, kita kecup ubun-ubunnya, didoain dan ditutup dengan, 

"Dah, Makasih ya udah bangun lebih pagi hari ini.'

Atau, "Dah, makasih ya sarapannya dihabiskan."

Kalimat bisa disesuaikan dengan apa saja yang bikin kita bahagia pagi itu. Atau kejadian umum juga boleh, macam "Dah, makasih ya suka bantuin Mama cuci piring."

Rutinkan, liat hasilnya setelah sebulan. Kalau kelamaan, dua pekan deh.

Ntar kalau udah Istiqomah sama terimakasih, lanjutkan dengan dua kata ajaib lainnya: Maaf dan Tolong.

Percaya deh, kalau ini bisa banget untuk membangun #bonding dengan anak-anak. Apalagi kalau anaknya punya #lovelanguage #wordofaffirmation

Selain membangun bonding, juga insya Allah meningkatkan self esteem anak-anak. Mereka akan merasa penting, berharga dan dicintai.

Kalau sama suami/isteri, bisa?

Ya bisa, dong!

Bilang makasih setelah dibikinin kopi atau dijemput dari tempat beraktivitas.

Yuk praktekin, biar bukan cuma kita yang baper liat Neng Maya dan Mas Ha, tapi anak-anak juga baper liat Ayah atau Ibunya yang sayang banget sama mereka.


Salam hangat,

Pritha Khalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap...

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu...

Ngobrol bareng Maba Psikologi Gunadarma

Berasa muda belia lagi gak sih ketemu para maba kinyis-kinyis begini? Hahaha, syukur keburu sadar, kalo saya mungkin banget seumuran mama-mama mereka. Ini smua dimulai dari wa Mba Prihatiningsih Mb 1-2 pekan yang lalu. Katanya puteri beliau sama teman-temannya dapet tugas kuliah, nyari narsum untuk diwawancarai. Syaratnya, lulusan Psikologi yang sekarang berkecimpung di bidang tersebut. "Mba Pritha, berkenan ya jadi narsum dan berbagi pengalaman sama mereka?" Hmm, bukan perkara berkenan atau nggak, tapi layak gak sih? Itu poinnya. Iya saya Certified untuk parenting khususnya ranah Pendidikan Aqil Baligh, Remagogi dan Fitrah Based Life-Education. Pernah nulis satu buku parenting, beberapa kali juga diminta jadi pembicara seputar topik tersebut. Cuma maksudnya kan masih banyak gitu lho mereka yang memang Psikolog, HRD dan profesi lainnya yang Psikologi banget plus pastinya magister. Tapi karena dibilang untuk sekadar cerita kenapa dulu ambil Psikologi, impact-nya un...