Skip to main content

Posts

Showing posts from 2024

Ngobrol bareng Maba Psikologi Gunadarma

Berasa muda belia lagi gak sih ketemu para maba kinyis-kinyis begini? Hahaha, syukur keburu sadar, kalo saya mungkin banget seumuran mama-mama mereka. Ini smua dimulai dari wa Mba Prihatiningsih Mb 1-2 pekan yang lalu. Katanya puteri beliau sama teman-temannya dapet tugas kuliah, nyari narsum untuk diwawancarai. Syaratnya, lulusan Psikologi yang sekarang berkecimpung di bidang tersebut. "Mba Pritha, berkenan ya jadi narsum dan berbagi pengalaman sama mereka?" Hmm, bukan perkara berkenan atau nggak, tapi layak gak sih? Itu poinnya. Iya saya Certified untuk parenting khususnya ranah Pendidikan Aqil Baligh, Remagogi dan Fitrah Based Life-Education. Pernah nulis satu buku parenting, beberapa kali juga diminta jadi pembicara seputar topik tersebut. Cuma maksudnya kan masih banyak gitu lho mereka yang memang Psikolog, HRD dan profesi lainnya yang Psikologi banget plus pastinya magister. Tapi karena dibilang untuk sekadar cerita kenapa dulu ambil Psikologi, impact-nya un

Sharing Parenting : Jangan Jadi Ibu Biasa

Jangan Jadi Ibu Biasa  Kemarin saya diundang untuk sharing parenting sama salah satu majelis taklim di Cibinong, Bogor. Temanya diminta yang bisa menyemangati ibu-ibu untuk senantiasa semangat menuntut ilmu. Bismillah, saya memulainya dengan bertanya apa motivasi ibu-ibu datang ke kajian pagi itu? Rata-rata mereka menjawab untuk belajar, nambah ilmu, tau tentang parenting dan semacamnya. Yes ok, saya tambahkan untuk selalu meluruskan niat, smua karena Allah. Allah yang ngasih amanah keluarga, maka kita belajar supaya Allah tambahkan ilmu dan ridha. Perbedaan Ibu Biasa VS Luar Biasa Dalam aktivitas, ibu biasa dengan yang luar biasa sama-sama nyapu, masak, mencuci, antar jemput anak sekolah. Bedanya, ibu biasa akan mengerjakan itu semua secara otomatis kaya robot. Karena menganggap itu kewajiban, hal yang mau gak mau, suka gak suka, harus dilakukan. Tapi Ibu Luar Biasa, nggak gitu. Sama-sama bersenjatakan sapu, sutil, kompor, hanger baju, tapi selalu memulai semuanya dengan B

Anak Lebay berasal dari Ortu yang Abai

Anak Lebay berasal dari Ortu yang Abai Anak saya cerita, di sekolahnya ada siswa yang suka bohong. Jadi dia ngadu ke guru udah diperlakukan gak baik sama temennya secara berlebihan.  Misal ada temennya yang bete sama dia dan bilang, "Rese lu!" Dia akan bilang ke gurunya kalau dia abis dikatain kasar sama temennya. Atau lain waktu ada yang dorong dia ke tembok karena kesal, anak itu akan ngadu kalau dia dice-kek. Beberapa temen udah kesel karena aduan dia, karena pada auto ditegur guru kan. Sampai suatu waktu yg berkasus adalah temen si sulung yang anaknya lucu-lucu ngeselin. Gimana ya gambarinnya. Laki-laki 14-15th, mukanya tuh lucu, bulet. Ekspresif. Tapi kalo bete kaya orang ngajak berantem katanya. Pdhl anaknya ya biasa aja. Teman sekelas udah paham. Si anak 'lebay' ini ngadu lah sama guru, dibeginiin bla bla bla. Intinya udah kaya percobaan pembu-nuhan. Apesnya dia, saksinya banyak. Mereka bilang kalau si anak itu 'cuma' disikut. Entah gimana a

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu

Gadget, Sahabat atau Musuh bagi Fitrah untuk Bertumbuh

  Bisa membersamai guru itu rezeki tak terkira. Tahun lalu, saya mengenal Bunda Roro. Eh, bukan, kenal mah udah lama, beberapa kali nonton videonya bersama sang suami, Ustadz Harry Santosa allahuyarham. Tahun lalu itu saat akhirnya saya memutuskan ikut kuliah #fitrahbasededucation dan #fitrahbasedlife selama 3 bulan (akhirnya sih extend karena berbarengan dengan Ramadhan) Kuliah yang mensyaratkan kehadiran 90% kalau mau dapat sertifikat, maka saya pun jadi rajin. Ya bukan karena sertifikat amat sih, sayang aja gak sih udah bayar, belajar, tapi disia-siakan dengan nggak serius? Saya pengen bisa menyerap ilmunya, biar bisa dipraktekin ke diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Faktanya, belajar #fitrah memang sulit menemukan kata akhir.  To know God (Ma'rifatullah) To do Good (Good life) And to Accept the True Knowledge (Ilmu - Kitabullah) Ilmu yang harus terus dipelajari dan diperbaharui sampai akhir hayat. Sore tadi saya berkesempatan membersamai Bunda Roro sebagai Host di salah sat

Perjalanan Rahasia

"Ada yang mau ikut Bunda?" "Kemana?"  "Enggak tau. Ikut aja. Tapi syaratnya gak boleh protes. Mau dekat atau jauh, mau naik angkot, ojek atau jalan kaki. Mau jajan atau nggak." "Lama gak?" "Gak tau." "Aneh banget." Anak-anak saling pandang, seolah bertanya satu sama lain. "Gaza di rumah aja ah." Si sulung yang memang mulai gak ngikut kesana sini, memutuskan duluan. Tinggal dua anak saling liat. "Yang gak ikut, kalau dapat cerita seneng, jangan iri ya." Si sulung ngangguk, "Iya gakan." "Yang ikut, kalau gak seru, jangan komplain atau nyesel juga." Hening sesaat ... "Bilal ikut deh." "Ade juga." Dan, kesini lah kami, alhamdulillah 🥰 Dan kesinilah kami 🥰 alhamdulillah  

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Anak Sering Kehilangan Barang Karena Dipinjam Teman, Kenapa Ya?

Pertanyaan yang seringkali nggak menemukan jawab untuk para orangtua. Beli pensil selusin, seminggu habis. Begitu juga dengan penghapus, pulpen, bahkan gantungan kunci yang mestinya bertahan lama karena bukan barang yang dipakai! Ayah-Bunda, coba sedikit flashback. Diingat, apakah di usia sebelum 7 tahun, terutama balita, anak sering kita minta untuk berbagi? Semisal jika ia sedang asyik bermain boneka miliknya lalu ada temannya datang, kita bilang, "Ayo pinjamkan, masa pelit sama teman." Atau jika anak lebih dulu duduk di tempat ternyaman untuknya di mobil, lalu adiknya datang dan menangis karena ingin duduk di tempat yang sama, secara spontan biasanya kita bilang, "Masa Kakak gak mau ngalah sama Adik?" Hati-hati, ucapan seperti itu, meski dengan nada lembut, akan terngiang di benak anak. ❗️Kalau gak mau berbagi sama teman, artinya pelit  ❗️Sebagai Kakak harus selalu ngalah sama Adik Konsep diri seperti itu, jika ditanamkan sebelum usia 7th, berpotensi membonsai in

Bentak Anak Boleh, Tapi ...

  Di preview kelas #remagogi kemarin Ustadz Aad sempat mengemukakan tentang bolehnya memben-tak anak jika memang diperlukan. "Jangan terlalu memikirkan jalinan otak yang putus jika anak diben-tak. Adakalanya sebagai orangtua kita lagi banyak yang diurus, anak bikin kesalahan yang cukup fatal, lalu secara spontan kita memben-tak, ya sudah. Itu reaksi alami. Biarkan anak juga menyadari konsekuensi kesalahannya. Anak belajar memahami emosu orangtuanya, yang manusiawi gak selalu datar, manis, baik. Kelak di luar sana dia akan menghadapi banyak orang dengan ragam karakter." Dalam hati saya, wah bahaya ini kalau didengar atau ditonton sama orangtua yang memang terbiasa memben-tak atau mema-ki. Akan dijadikan pembenaran, "Tuh kata Psikolog juga boleh gitu." Sementara itu kelas preview yang hanya 2 jam. Pembahasan panjangnya ya ada di kelas full yang diselenggarakan selama sebulan, 2x perpekan mulai akhir Mei sampai akhir Juni dengan fasilitas rekaman, materi PDF dan Sertif

Menikmati Kuliner Khas Palestina di Resto Palestina Al Quds Puncak

Kemarin sepulang dari Bandung, kami mampir ke @palestineresto_alqudscafe setelah menyimak review Bang @amritsaraje   Lokasinya nggak jauh dari Toll Jagorawi. Sebaliknya, kalau dari Bandung lumayan jauh. Tapi karena udah niat, anak-anak nggak mau diganti sama menu apapun. Mau makanan Palest1na, titik! Setibanya di sana, rasa laper terbayar. Menunya enak-enak! Bahkan ayam gorengnya pun rasanya beda dengan ayam goreng krispi di Indonesia pada umumnya. Psst, pelayannya bilang, itu pakai bumbu rempah khas Palest1ne, lho! Harganya cuma 16rb udah pakai nasi dan 2 tube kecil saos (saos tomat + saos cabe). Makanan lain nggak kalah enak. Ada Chicken Strip, aneka Burger dan Kebab. Porsinya cukup banyak pula. Kenyang! Nggak cuma makanan yang pakai rempah khusus, minumannya juga. Ada aroma jahe dan rempah lainnya di dalam tehnya, baik yang hangat maupun dingin. Surprise, kami dapat bonus 2 cangkir Kopi dan kudapan khas Palestina, Ruz Bil Haleeb (bubur

Hari ini dan yang Akan Datang

Kemarin dalam perjalanan pulang dari Bandung, si nomor dua tiba-tiba bilang, "Boleh nggak kalau Bilal nanti SMP biasa aja gak jadi mondok?"  Topik ini sebetulnya sudah pernah dia sampaikan sebelumnya, saat sedang semangat-semangatnya ingin jadi pemain sepak bola. Tapi selama ini belum dapat jawaban dari Ayahnya. Dan kemarin terjadilah ... Ayahnya yang berharap punya setidaknya satu anak yang mendalami Al Qur'an, tampak keberatan dengan hal tersebut. Beliau mencoba memberikan pemahaman pada si nomor dua tentang hal ini. Bahwa perjalanan dia sudah sejauh ini bercengkrama dengan Al Qur'an saat ini. Sayang rasanya kalau harus ke SMP biasa. Gak melarang secara langsung, tapi sang Ayah menggambarkan hal-hal baik jika melanjutkan ke pondok. Bla bla bla ... Pokoknya smooth deh gak yang maksa 'harus' gitu. Tapi di telinga si nomor dua tetap saja terdengar sebagai penolakan. Nangis lah dia. Saya menatap suami ngasih tanda tertentu. Dia menatap balik kasih tanda juga. Ka

Hai Impian, Aku Punya Allah!

  Malam ini saya habiskan dengan #pillowtalk dengan si sulung. Anak itu rupanya sedang mengkhawatirkan salah satu impian besarnya yang sudah mendekati deadline. Impian yang secara logis, menilik pada kemampuan, tak akan bisa terpenuhi. Raut kecewa terpancar jelas di wajahnya. Saya memeluknya sesaat, lalu menatap lekat matanya. "Secara logis kita nggak mampu, tapi apa Abang lupa ada Allah? Berdoa lah, memohon sungguh-sungguh. Karena Allah bisa menjadikan apa yang gak mungkin jadi sangat mungkin." "Berdoa mah udah tiap hari juga." "Ya udah, tinggal kita bersiap akan dua hal, keajaiban Allah kabulkan atau kesabaran menerima ganti yang lebih baik dari impian itu." Saya lalu mengisahkan satu cerita yang pernah dibaca bertahun-tahun lalu  Mengenai seseorang yang terjebak di toilet bandara sesaat sebelum penerbangannya menuju suatu tempat untuk presentasi bisnis bernilai sangat tinggi. Qadarullah kunci toilet macet. Dan pada saat itu toilet seolah 's

The Power of Allah

Dulu saya percaya The Power of Dreams. Saat kita sungguh-sungguh menginginkan sesuatu dan berusaha keras menggapainya dengan upaya dan doa, maka hanya soal waktu, impian itu akan kita dapatkan. Sekarang mindset saya berubah. The Power of Allah. Karena sebesar apapun sebuah impian, meski diiringi dengan upaya dan doa yang tak pernah putus, jika Allah belum menaruh ridha atasnya, maka itu akan tetap berupa impian. Sederhana, 'cuma' perkara Ridha. Tapi ternyata sedahsyat itu pengaruhnya. Perumpamaannya kaya gini, ada salah satu anak saya yang 'punya' amandel. Belum perlu dioperasi, tapi harus dijaga asupan makanannya. Maka terhadap anak yang satu ini, saya lebih bawel perkara jajannya. Saat ia ingin jajanan yang dalam catatan dokter bisa memicu amandelnya meradang, maka sekuat tenaga akan saya cegah. Ganti dengan yang lain. Meski sekuat tenaga pula ia merengek. Sekali enggak ya enggak.  Demi apa? Tentu saja kesehatannya. Ya adakalnya dia bandel, jajan sendiri gak mengindah

Membatasi Jumlah Anak, Bolehkah?

Temen saya nanya, "Prith, kalo kita mencukupkan diri dari jumlah anak, dosa gak sih?" Rupanya maksud dia adalah saat kita merasa udah stop, anak gue sekian aja. Mungkin dia terpikir nanya setelah baca status saya kemarin terkait si nomor dua yang pengen punya adik. Saya sampaikan ke dia, tergantung alasannya. Kalau kita berniat menyetop dengan alasan kesehatan, kesadaran diri atau kekhawatiran atas ketidakmampuan mendidik dan mengasuh. Ini macam-macam kondisinya. Ada yang LDR dengan suami, kondisi ekonomi yang pas-pasan, usia yang sudah tak lagi muda dll macam-macam lah kondisi orang. Saya rasa ini dibolehkan. "Coba lu bayangin, ada nih orang yang miskin banget. Jangankan untuk hal-hal tersier, perkara mencukupi makan anaknya aja belum mampu, berharap bantuan orang bahkan. Gue rasa lebih bijak jika dia memutuskan untuk stop dulu punya anak. Atau orang yang tinggal LDR. Dengan jumlah anak yang ada saja sudah kelimpungan karena gak punya support system, sampai acapkali mer

Insight Taushiyah Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah, Tafsir surah Al Mursalat 1-15

  Hati-hati dengan film yang kita tonton, terutama yg berasal dari barat. Sangat bahaya jika mereka menyajikan topik tentang hari akhir (Judgement day). Karena pada dasarnya mereka nggak mengimaninya. Jadi mereka akan buat versi mereka.  Boleh jadi akan ada apa yang digambarkan dalam Al Qur'an mengenai bintang yang padam cahayanya lalu berjatuhan, langit yang terbelah, gunung yang berhamburan laksana debu (Al Mursalat : 8-10). Tapi di akhir cerita, biasanya akan tampak sekelompok orang yang tersisa. Mereka bertahan di atas reruntuhan pasca kehancuran langit dan bumi yang demikian dahsyat. Lalu melanjutkan hidup. Mereka yang survive pada umumnya disebabkan oleh adanya orang yang melakukan 'upaya penyelamatan dunia', yang pada akhirnya dianggap pahlawan, entah dia bertahan hidup atau tidak. (Sesaat saya ingat film lawas Armageddon dengan OST-nya yang dulu, di telinga ABG saya, terdengar sangat heroik-haru, dih!) Dan kita tersenyum karena 'happy ending'. Horee, jagoann

Sekian Ribu Kata dari Mulut Perempuan

Beberapa hari kembali ke medsos pasca sakit, saya baca tulisan yang menyalahkan teori sekian ribu kata pada kaum perempuan. Katanya teori itu nggak berdasar. Katanya juga sudah direvisi. Intinya, nggak bener bahwa perempuan itu punya stok sekian ribu kata yang harus dikeluarkan setiap harinya. Lantas banyak pihak sepakat. Banyakan mudharatnya kalau ngikut teori itu. Ntar keluarnya ngomel, merepet, ghibah dan semacamnya. Perempuan harusnya jaga ucapan. Disclaimer, tulisan ini bukan untuk mendebat. Bu, Teteh, Ukhty, Dik ... Jika kita terlahir sebagai perempuan introvert yang gak butuh banyak bicara atau bahkan menganggap bicara itu sulit, atuh jangan menghakimi yang suka bicara itu banyakan mudharatnya. Sebaliknya yang memang suka bicara, nggak perlu mendadak insecure dan diam. Kembalikan saja semua sesuai porsinya. Kita wajib menjaga lisan, karena satu kata pun kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Sepakat, no debat. Tapi sebagai perempuan, terutama penyandang status isteri dan ibu, s

Dari Balik Pintu

 Ramadhan tahun ini, nggak pernah nyangka, kebagian ujian sakit cukup parah, lama pula. Alhamdulilllah 'alaa kulli haal, segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan. Mau sakit atau sehat, sejatinya itu takdir terbaik. Mungkin ini cara Allah negur, "Hey Prith, pola makanmu kurang bagus. Pola tidurmu berantakan. Zhalim amat sama badan!" Si ibu pecicilan ini pun menyerah. Ponsel ditanggalkan. Tidur-makan-tidur-makan. Segalanya cuma bisa diliat dan didengar dari balik pintu atau jendela.  Anak-anak datang silih berganti untuk pamit sekolah. Kadang rasanya baru sebentar, eh udah balik lagi. Padahal bukan sebentar, tapi efek obat, jam tidur yang kebolak-balik. "Bu, demamnya belum genap empat hari. Besok kalau masih demam, kesini lagi ya, cek darah." Begitu dokter bilang. Besoknya alhamdulillah enggak demam. Sembuh, nih? Eh ternyata belum. Lusanya suhu tubuh naik drastis. Ke dokter lagi? Enggak. Gak bisa jalan. Sendi kaya dipretelin satu-satu. Nyeri. "Bun, langsun

Hati-hati Penipuan Berkedok Jualan Buku

  Tempo hari di wa group kelas Ustadz Aad, ada orang yang posting buku jualannya sekaligus banyak. Rata-rata buku anak dan atau buku bertema Islami. Saya perhatikan yang posting bukan admin. Karena hampir smua adminnya saya kenal baik. Segera saja saya japri admin. Apalagi sudah ada peserta kelas yang berminat beli, nanya kontak kemana? Ini bukan kejadian pertama. Sebelumnya di grup-grup lain, sudah berkali-kali ada melakukan hal serupa. Tiba-tiba posting banyak iklan buku berharga murah.  Siapa sih yang gak tertarik sama diskon? Apalagi buat yang suka baca atau pengen anaknya suka buku.  Admin gercep  menghapus, mengeluarkan dan bikin warning, hati-hati terhadap iklan-iklan buku murah seperti itu. Karena ternyata adminnya juga pernah kena modus seperti itu! Pesan dan nggak dikirim. "Lagian bukan cuma perkara ni-pu, Teh Pritha. Tapi yang kaya gini tuh gak punya adab. Ini grup siapa, tujuannya apa, eh main posting jualan." Begitu kata admin. Iya, bener banget! Nggak lama dari

Anak Udah Mau SD Kok Gak Diajarin Puasa?

Anak sulung saya puasa full umur 5th. Anak kedua full 6th. Keduanya puasa tanpa dimotivasi macam-macam. Simpel karena mereka susah makan. Jadi daripada saya pusing ngejar dan ngomel perkara makan siang-siang, mending suruh puasa aja. Eh langsung pada mau! Masya Allah ga ada tuh drama minta buka siang-siang. Paling sore pas emaknya masak atau makanan delivery nyampe dan kecium aromanya.  Nah sekarang yang ketiga. Umur 6 tahun belum mau. Alasannya hari pertama dia demam. Sekarang alhamdulillah udah membaik, tapi belum mau. Eh enggak deng ralat. Tahun lalu pas masih TK-A, atas motivasi dari kakak-kakaknya, dia puasa. Ikut sahur. Tapi di sekolah lamanya, sebagian besar teman-temannya nggak puasa dan tetap bawa bekal sebagaimana biasa. Bete lah dia, pulang ngadu. Saya kasih tau, mungkin mereka belum kuat. Saya ingatkan juga kalau anak TK memang belum wajib puasa. Jadilah setelah dapat beberapa hari puasa sampai maghrib, dia memutuskan gak puasa lagi.  "Boleh gak puasa, tapi jangan bawa

Ana Khoiru Minhu, Aku Lebih Baik Darimu

"Udah capek-capek didik anak jadi shalih, baik, manis, sehat mental, rajin dll. Di pondok/sekolah, kita kan gak tau mereka bakal ketemu sama anak yang kaya apa. Ada pre-man, anak yang diabaikan, anak trauma, anak penuh den-dam dll. Bergaul sama mereka, ntar ketularan deh! Saya pernah berada dalam fase menyetujui kalimat di atas. Tapi sejak sering ikut kajian, terutama topik #aqilbaligh dan #fitrah , pemikiran itu berubah. Anak yang dididik sesuai fitrah hingga pencapaian aqil bersamaan dengan baligh-nya, insya Allah dalam dirinya sudah terpancang iman yang kokoh. Pernah liat bebek? Dia kalau habis berenang berjam-jam sekalipun, begitu naik ke daratan, bulunya akan cepat kering. Ini karena ada lapisan minyak yang akan dengan cepat meluruhkan air. Beda sama kucing, kecebur beberapa detik aja, butuh waktu cukup lama untuk mengeringkan bulunya. Artinya, anak yang dibekali #iman dengan mumpuni sejak dini dan cawan kasih-sayang keluarganya cukup, akan memiliki mental yang relatif stabil

Kesaksian Perempuan Bekerjasama dengan Ib-Lis

Di wag alumni kampus beredar video perempuan yg kasih kesaksian kalau dia dulu pernah dikasih 'kemampuan' sama dukun. Mulai dari mindahin barang tanpa sentuh, nyembuhin orang sakit sampai mindahin dirinya sendiri ke tempat yang jauh hitungan kedip mata. Kata dukunnya itu 'kepintaran' warisan dari kakeknya yang nggak turun ke bapaknya. Awalnya dia seneng dong bisa melakukan hal-hal amazing kaya gitu. Bayangin, hemat banyak untuk ke satu tempat gak usah pake ongkos. Tapi lama-lama dia sadar kalau itu merupakan proses kerjasama dg ib-lis. Sejak mulai adanya keanehan-keanehan dalam hidupnya. Termasuk perkara menyembuhkan orang sakit, yang sebetulnya hanya memindahkan penyakitnya ke bagian tubuh yang lain. Puncaknya saat ada seorang laki-laki di kamarnya. Mukanya pucat mengerikan. Dia bilang, "Aku mau jadikan kamu permaisuriku." Pelan-pelan kulitnya melepuh dan membentuk tulisan Sa-Tan, mirip kaya cap di badan sapi. Dari situ, beberapa kali dia dinyatakan hilang. S

Mendidik Keimanan adalah Tugas Ayah

Beberapa waktu lalu, saya sudah menuntaskan baca buku #KeluargaPeradaban karya Ustadz Adriano Rusfi Psikolog, atau yang biasa dipanggil Ustadz Aad. Ada beberapa poin yang saya garisbawahi karena merasa ilmu ini baru saya dengar, salah satunya yaitu tentang #PendidikanIman yang merupakan kewajiban Ayah, bukan Ibu. Kenapa? Yang utama adalah karena Ayah yang Allah syariatkan untuk secara simbolik membisikkan kalimat-kalimat keimanan di telinga anaknya saat baru lahir, yaitu azan dan iqamah. Keduanya merupakan kalimat keimanan, bukan? Dimana kalimat syariatnya ada dua, yaitu 'Hayya Alash shalah' dan 'Hayya Alal Falah'. Kedua, karena keimanan gak bisa diajarkan oleh Ibu yang punya kecenderungan verbal cerewet. Keimanan itu harus diajarkan dengan sabar dan perlahan. Sehingga tertanam tahap demi tahap dan tertancap sedikit demi sedikit. Ketiga, Iman itu bernuansa #heroik dan #dikotomis baik-buruk, benar-salah, sesuatu yang maskulin banget. Berbeda dengan akhlak yang mengajarka

Saat Anak Mengaku Sakit di Pagi Hari

Pernah mengalami yang seperti ini, Manteman? Saya, setelah sekian lama nggak, hari ini terjadi lagi. Sekaligus dua, malah. Si sulung dan anak gadis! Keduanya sama-sama nggak mau sekolah karena pusing. Panik gak panik gak? Enggak sih, kesel doang. Lagi sibuk bikin sarapan, kudapan dan bekal makan siang, masih harus ngurusin yang (kayanya) #psikosomatis Tau Psikosomatis? Itu lho sakit yang terasa parah karena efek psikologis cemas berlebih terhadap suatu hal. Salah satunya cemas mau menghadapi guru killer, pelajaran yang sulit, takut dibu-lly dan lain-lain. Gejalanya bisa mendadak pusing, sakit perut, gatal-gatal dll. Padahal kalau dibawa ke dokter, cek lab, penyakitnya nggak terdeteksi.  Please gak usah ngomong ain, jin dan semacamnya dulu, ya. Itu topik berbeda, ada bahasan tersendiri.  Alih-alih marah-marah, gak akan guna menghadapi anak terduga psikosomatis. Mending kita ngobrol berhadapan sejajar sama anak. Tanya, kenapa? "Hari ini ada tes pelajaran, Gaza belum siap, susah bang

Over Afirmasi Berpotensi Rusaknya Tauhid

 Suka heran, ada orang sombong nggak ketulungan. Mungkin banyak yang sekadar ikut-ikutan atau terbawa suasana syahdu, akibat selalu merasa kesepian tanpa ada yang peduli. Sini merapat saya bisikin, Saat kamu berpikir 'Diri sendiri adalah alasan bisa sekuat ini.' Ingat, Allah senantiasa ada bersamamu di tengah sabarmu, "Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. al-Baqarah ayat 153) 'Gak ada yang lebih peduli selain diri sendiri.' Really? Coba ingat ini, “Tidak ada musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah SWT. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah SWT niscaya Allah akan memberi Hidayah, petunjuk kepada hatinya (Qalbahu). Dan Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun:11) 'Diri sendiri gak pernah lelah menahan semua beban.' Ciyus, Beb?  “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya“. (QS Ath-Thal