Ada seorang lelaki tua yang sudah tak lagi produktif, tapi atas izin Allah, tak pernah kekurangan secara materi. Alih-alih kekurangan, ia bahkan masih bisa berbagi dengan orang lain. Hingga sang cucu heran dan mempertanyakan, dari mana kakeknya punya uang?
"Dari Allah." Selalu kakeknya menjawab demikian. Cucunya yang kritis nggak puas dengan jawaban itu. Ia lantas mencari tahu.
Dari neneknya akhirnya ia menemukan jawaban.
Sang Nenek bercerita kalau kakeknya sudah jadi yatim sejak muda, saat baru kuliah. Melihat banyak adiknya masih sekolah, beliau memutuskan keluar dari kampus dan bekerja. Tanggungjawab diemban tanpa banyak cakap, mempertanyakan dalil atau semacamnya. Ia anak sulung, lelaki pula, wajib menjaga kehormatan keluarga.
Ibunda dan adik-adik terbantu, sampai mereka mandiri. Saat akhirnya menikah, ia masih membantu orangtuanya. Adiknya yang kekurangan tetap disokong. Bahkan adik ipar yang kena PHK pun tak luput dari bantuannya. Sandwich generation? Ia tak tau
Kaya-rayakah lelaki itu sampai bisa membantu? Tidak! Ia bahkan beberapa kali menjual barang berharganya hanya untuk membantu adik sepupu atau ipar yang membutuhkan. Kadang kebutuhannya bukan sekadar untuk makan, tapi biaya kuliah. Tak ada dendam dalam diri lelaki itu, padahal ia sendiri tak kantongi ijazah perguruan tinggi.
Tak hanya kerabat, teman dan anak buah pun berulangkali merasakan kemurahan hatinya. Sedekah menenangkan, begitu prinsipnya.
Kini usianya sudah senja. Tubuhnya lemah karena penyakit datang silih-berganti. Tapi rezeki pun demikian, Allah gilir bergantian. Sebagian besar dari kerabat dan sahabat yang pernah dibantunya.
Laki-laki itu, Ayah saya.
Masya Allah Tabarakallah ...
Beliau mengajarkan pada anak-anak saya terutama bujang, bahwa lelaki memiliki kelebihan dari perempuan terutama dalam perkara nafkah. Wajib atasnya penuhi kebutuhan anak, isteri, ibu, adik perempuan tanpa perlu ribut mana lebih berhak? Ikuti Al Qur'an dan timbang dengan nurani.
Adakalanya kondisi materi kita pun terbatas, maka sedekahlah dengan perhatian atau doa.
Ah sungguh ini menyadarkan, bahwa puluhan tahun Ayah saya ternyata sedang mengikuti 'Asuransi Allah'.
Salam hangat,
Pritha Khalida 🌷
Comments
Post a Comment