Skip to main content

Anak Udah Mau SD Kok Gak Diajarin Puasa?


Anak sulung saya puasa full umur 5th. Anak kedua full 6th. Keduanya puasa tanpa dimotivasi macam-macam. Simpel karena mereka susah makan. Jadi daripada saya pusing ngejar dan ngomel perkara makan siang-siang, mending suruh puasa aja. Eh langsung pada mau!

Masya Allah ga ada tuh drama minta buka siang-siang. Paling sore pas emaknya masak atau makanan delivery nyampe dan kecium aromanya. 

Nah sekarang yang ketiga. Umur 6 tahun belum mau. Alasannya hari pertama dia demam. Sekarang alhamdulillah udah membaik, tapi belum mau.

Eh enggak deng ralat. Tahun lalu pas masih TK-A, atas motivasi dari kakak-kakaknya, dia puasa. Ikut sahur. Tapi di sekolah lamanya, sebagian besar teman-temannya nggak puasa dan tetap bawa bekal sebagaimana biasa. Bete lah dia, pulang ngadu.

Saya kasih tau, mungkin mereka belum kuat. Saya ingatkan juga kalau anak TK memang belum wajib puasa. Jadilah setelah dapat beberapa hari puasa sampai maghrib, dia memutuskan gak puasa lagi. 

"Boleh gak puasa, tapi jangan bawa bekal. Miss kan puasa, masa gak kasian?"

Oh ok dia patuh, saking cinta sama miss-nya.

Tahun ini, setelah cukup pulih dari sakitnya, dia belum mau puasa, meski dikompori sama kakak-kakaknya.

"Abang dong, TK udah puasa."

"Sama, Aa juga."

Dia tetap bergeming, "Ade kan masih kecil, belum baligh, belum wajib, kata Bunda."

"Sok tau, emang Ade tau baligh itu apa?"

"Mens! Ya kan, Bun?"

Saya ngangguk.

Secara dulu 'berhasil' bikin kakak-kakaknya puasa sejak dini, maka tentu pertanyaan muncul, "Kok anaknya gak puasa, udah mau SD?"

Sama kaya pertanyaan, "Kok anaknya gak pake jilbab keluar rumah?"

Saya kalem aja, ya karena dia masih kecil. Masih berhak gak puasa. Masih berhak nguncir rambut pake jepitan lucu-lucu dan memperlihatkannya ke orang lain. Biar aja dia menikmati itu dulu.

Sampai akhirnya barusan pas mau makan, teman kakaknya datang ke rumah. Main sebentar sebelum Jumatan katanya.

Anak gadis berbisik, "Tolong bawain makan Ade ke kamar, malu ada teman Aa."

Allahuma baarik. Dia sesungguhnya tau puasa itu wajib. Dia punya rasa malu. Dia nggak mau teman kakaknya terganggu puasanya, sama kaya dia menghargai miss-nya tahun lalu.

Segitu aja saya udah bersyukur. Biarlah dia bertumbuh sesuai usianya.


Salam hangat,

Pritha Khalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap...

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu...

Ngobrol bareng Maba Psikologi Gunadarma

Berasa muda belia lagi gak sih ketemu para maba kinyis-kinyis begini? Hahaha, syukur keburu sadar, kalo saya mungkin banget seumuran mama-mama mereka. Ini smua dimulai dari wa Mba Prihatiningsih Mb 1-2 pekan yang lalu. Katanya puteri beliau sama teman-temannya dapet tugas kuliah, nyari narsum untuk diwawancarai. Syaratnya, lulusan Psikologi yang sekarang berkecimpung di bidang tersebut. "Mba Pritha, berkenan ya jadi narsum dan berbagi pengalaman sama mereka?" Hmm, bukan perkara berkenan atau nggak, tapi layak gak sih? Itu poinnya. Iya saya Certified untuk parenting khususnya ranah Pendidikan Aqil Baligh, Remagogi dan Fitrah Based Life-Education. Pernah nulis satu buku parenting, beberapa kali juga diminta jadi pembicara seputar topik tersebut. Cuma maksudnya kan masih banyak gitu lho mereka yang memang Psikolog, HRD dan profesi lainnya yang Psikologi banget plus pastinya magister. Tapi karena dibilang untuk sekadar cerita kenapa dulu ambil Psikologi, impact-nya un...