Malam ini saya habiskan dengan #pillowtalk dengan si sulung. Anak itu rupanya sedang mengkhawatirkan salah satu impian besarnya yang sudah mendekati deadline. Impian yang secara logis, menilik pada kemampuan, tak akan bisa terpenuhi.
Raut kecewa terpancar jelas di wajahnya.
Saya memeluknya sesaat, lalu menatap lekat matanya.
"Secara logis kita nggak mampu, tapi apa Abang lupa ada Allah? Berdoa lah, memohon sungguh-sungguh. Karena Allah bisa menjadikan apa yang gak mungkin jadi sangat mungkin."
"Berdoa mah udah tiap hari juga."
"Ya udah, tinggal kita bersiap akan dua hal, keajaiban Allah kabulkan atau kesabaran menerima ganti yang lebih baik dari impian itu."
Saya lalu mengisahkan satu cerita yang pernah dibaca bertahun-tahun lalu Mengenai seseorang yang terjebak di toilet bandara sesaat sebelum penerbangannya menuju suatu tempat untuk presentasi bisnis bernilai sangat tinggi.
Qadarullah kunci toilet macet. Dan pada saat itu toilet seolah 'steril' dari pengunjung dan cleaning service sampai pesawatnya take off.
Setelah itu barulah berturut-turut datang orang ke toilet, termasuk cleaning service, yang akhirnya membantu dia keluar dari toilet.
Marah, kecewa, jengkel berpadu dalam benaknya. Bagaimana tidak, dia kehilangan peluang presentasi dg angka fantastis!
Saat sedang mengurus penerbangan selanjutnya, tidak lama setelahnya, terdengar berita bahwa pesawat yang sedianya akan ia tumpangi mengalami kecelakaan.
Lelaki itu ternganga. Kunci toilet yang rusak telah 'menyelamatkannya' dari musibah.
Itu yang namanya takdir. Tangan Allah bekerja saat memisahkannya dari rombongan penumpang yang memang sudah digariskan akan mengalami musibah di hari tersebut. Allah pula yang mendesain gerak pengunjung agar masuk ke toilet lain sehingga lama baru ketahuan ada yang terkunci di satu toilet.
"Ngerti gak, Bang?"
Anak saya menggeleng.
"Anggap aja impian kamu itu suatu perjalanan, kaya orang yang terkunci di toilet itu. Saat pada akhirnya kamu gagal menggapainya, sama kaya si orang itu yang gagal keluar dari toilet dan ketinggalan pesawat. Boleh jadi itu karena impianmu menurut Allah gak cukup baik. Dan kamu harus percaya kalau Allah lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya."
Anak itu tertunduk lesu.
"Eh tapi jangan putus asa juga. Masih ada waktu tersisa. Manfaatkan sebaik-baikmya untuk berdoa, minta ke Allah. Ya Allah, andai impian itu akan membawa pengaruh baik untukku, meningkatnya keimananku, kebaikan untuk keluargaku, orang lain du sekitarku, agamaku, maka ridhailah. Tapi jika sebaliknya, hindarkanlah dan beri aku paham kenapa Engkau nggak kabulkan impian itu. Serta beri ganti yang jauh lebih baik."
"Masih ada kemungkinan bisa?" Wajahnya sedikit terangkat.
Saya mengangguk, "Dengar, meski seluruh jin dan manusia bersatu untuk menggagalkan sesuatu, tapi jika Allah berkehendak, maka upaya mereka nggak akan terwujud. Kita punya Allah tempat meminta segalanya. Yang akan memeluk semua doa dan impian. Berusahalah, berdoalah, lalu tawakal."
Wajahnya pun lebih tenang saat ia akhirnya terlelap tadi. Alhamdulillah.
Tersisa saya di sepertiga malam, memohon sungguh-sungguh akan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, demi memenuhi impian itu. Serta kebesaran hatinya untuk menerima andai Allah sedang menyiapkan ganti yang lebih baik untuknya."
Pritha Khalida 🌷
Comments
Post a Comment