Skip to main content

Menikmati Kuliner Khas Palestina di Resto Palestina Al Quds Puncak

Kemarin sepulang dari Bandung, kami mampir ke @palestineresto_alqudscafe setelah menyimak review Bang @amritsaraje


 
Lokasinya nggak jauh dari Toll Jagorawi. Sebaliknya, kalau dari Bandung lumayan jauh. Tapi karena udah niat, anak-anak nggak mau diganti sama menu apapun. Mau makanan Palest1na, titik!

Setibanya di sana, rasa laper terbayar. Menunya enak-enak! Bahkan ayam gorengnya pun rasanya beda dengan ayam goreng krispi di Indonesia pada umumnya. Psst, pelayannya bilang, itu pakai bumbu rempah khas Palest1ne, lho! Harganya cuma 16rb udah pakai nasi dan 2 tube kecil saos (saos tomat + saos cabe).


Makanan lain nggak kalah enak. Ada Chicken Strip, aneka Burger dan Kebab. Porsinya cukup banyak pula. Kenyang!

Nggak cuma makanan yang pakai rempah khusus, minumannya juga. Ada aroma jahe dan rempah lainnya di dalam tehnya, baik yang hangat maupun dingin.



Surprise, kami dapat bonus 2 cangkir Kopi dan kudapan khas Palestina, Ruz Bil Haleeb (bubur manis Palest1na). Bentuknya mirip bubur sumsum dengan irisan almond. Ada aroma kayu manis dan rempah lainnya di situ. Duh enak banget masya Allah 😋

Kalau kata Gaza, anak sulung saya, kopinya mirip dengan kopi Arab yang dia minum pas umroh lalu. Tapi enggak terlalu strong. Mungkin udah disesuaikan dengan lidah Indonesia.

Lepas makan, kami diajak oleh pengelola resto, Muhammad Khaleed yang asli Palest1na liat pajangan berupa sebotol minyak Zaitun yang berasal dari pohon zaitun asli di depan Masjidil Aqsa. Ramah banget dan bisa Bahasa Indonesia.

Beliau terkesan dengan nama si sulung, Gaza. Mungkin mengingatkan akan kampung halamannya. Demikian pula saat berfoto di luar dan melihat ada bendera Palest1na kecil bersanding dengan bendera Indonesia di mobil kami. Iya, memang secinta itu kami pada Al Quds.



Teman-teman, sila makan di sini. Recommended! Halal,  berkah dan gak support pelaku geno-sida.

https://maps.app.goo.gl/T11MPrD14iK17AHy9

Salam hangat,
Pritha Khalida 🇵🇸❤️🇲🇨

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu